Hari
pahlawan
Narator :
Kisah ini berawal abad ke-16 saat pasukan Belanda
memasuki wilayah NKRI, niat mereka yang awalnya hanya membeli rempah-rempah
dari Indonesia seketika berubah menjajah ketika melihat kekayaan alam Indonesia
yang sangat menggiurkan. Rakyat pun oleh mereka dipaksa kerja atau dalam
istilah Belanda kerja rodi.
Tanggal
1 Maret 1942, tentara Jepang mendarat di Pulau Jawa, dan tujuh hari
kemudian tanggal 8 Maret 1942, pemerintah kolonial Belanda menyerah tanpa
syarat kepada Jepang berdasarkan Perjanjian Kalijati. Setelah penyerahan tanpa syarat
tesebut, Indonesia secara resmi diduduki oleh Jepang.
Tiga
tahun kemudian, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah
dijatuhkannya bom atom (oleh Amerika
Serikat) di Hiroshima dan Nagasaki. Peristiwa itu
terjadi pada bulan Agustus 1945. Dalam
kekosongan kekuasaan asing tersebut, Soekarno kemudian
memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Gebrakan
5 menit pertama :
(Rakyat
berteriak “merdeka” berkali-kali sambil instage ke panggung. Kemudian yang
bertindak sebagai Soekarno membacakan teks proklamasi)
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia
dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal² jang mengenai
pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara saksama
dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, 17-8-'05
Wakil2 bangsa
Indonesia.
(Setelah Soekarno
membacakan teks proklamasi, beliau berpidato yang membakar semangat rakyat
Indonesia)
Demikianlah
saudara-saudara!
Kita
sekarang telah merdeka!
Tidak
ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita dan bangsa kita!
Mulai
saat ini kita menyusun Negara kita! Negara Merdeka, Negara Republik Indonesia –
merdeka kekal dan abadi. Insyaallah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu!
(kemudian
semua outstage sambil teriak “merdeka” berkali-kali pula)
Narator
:
Setelah
kekalahan pihak Jepang, rakyat dan pejuang Indonesia berupaya melucuti senjata
para tentara Jepang. Maka timbullah pertempuran-pertempuran yang memakan korban
di banyak daerah. Ketika gerakan untuk melucuti pasukan Jepang sedang berkobar,
tanggal 15 September 1945, tentara Inggris mendarat di Jakarta, kemudian
mendarat di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945. Tentara Inggris datang ke
Indonesia tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies)
atas keputusan dan atas nama Blok Sekutu,
dengan tugas untuk melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan perang
yang ditahan Jepang, serta memulangkan tentara Jepang ke negerinya. Namun
selain itu tentara Inggris yang datang juga membawa misi mengembalikan
Indonesia kepada administrasi pemerintahan Belanda sebagai negeri jajahan Hindia Belanda. NICA (Netherlands Indies Civil
Administration) ikut membonceng bersama rombongan tentara Inggris untuk
tujuan tersebut. Hal ini memicu gejolak rakyat Indonesia dan memunculkan
pergerakan perlawanan rakyat Indonesia di mana-mana melawan tentara AFNEI dan
pemerintahan NICA.
Di
rumah bung Tomo.
Istri : Kang, ini minumnya.
Tomo : Terima kasih.
Istri : Boleh kan aku memijitmu kang?
Tomo : (Menoleh kepada istrinya kemudian mengangguk)
Istri : Kang, apa tidak lelah? Mengasohlah
sejenak. Telah kusiapkan kamarmu.
Tomo : Lelah? Tak pantas kata itu terucap bagi kami
sebagai perajurit dinda.
Istri : Tapi, dirimu juga manusia kang, butuh
istirahat.
Tomo : Aku mengerti. Tapi walau raga istirahat, jiwa
kami tak boleh lengah. Ini bukan soal menjaga engkau dan anak-anak saja, tapi
rakyat, seluruh rakyat di negeri ini.
Istri : Tapi, kita kan telah merdeka kang.
Tomo : (Berdiri) Kemarin itu hanya peristiwa
proklamasi, hanya sebuah pernyataan untuk membuktikan kepada dunia bahwa kita
merdeka secara de facto dan de jure.
Istri : Lalu?
Tomo : Entahlah, firasatku buruk. Sudahlah dinda,
mari kita istirahat.
(Tomo
dan istrinya outstage)
(Tak
sengaja Toni yang merupakan rakyat Indonesia bersenggolan dengan tentara
Inggris)
Tentara:
Hei kamu, kurang ajar sekali.
Toni : Maaf saya tidak lihat, tidak sengaja.
Tentara:
Tidak lihat, tidak lihat. Alasan kamu yaa. Dasar pribumi. Baju saya jadi kotor,
sepatu saya juga. (sambil melap bajunya) Kamu lap sepatu saya.
Toni : Tapi....
Tentara:
Apa? Berani kamu yaa? (mengeluarkan pistol)
Toni : (dengan gugup melap sepatu tentara Inggris
tsb)
(Tentara
Inggris outstage, kemudian masuklah dua kawan Toni)
Bur : Siapa dia Ton?
Yono : Iya, siapa dia Ton? Kok pakai seragam
tentara?
Toni : Entahlah, aku juga baru melihatnya. Baru
hari ini.
Bur : Tadi dia suruh kau apa?
Toni : Melap sepatunya.
Yono : Kau lakukan?
Toni : Iya.
Bur : Kamu itu bodoh sekali, mau saja
diperbudak olehnya.
Yono : Iya Ton, kita ini kan sudah merdeka.
Toni : Aku terpaksa, dia bawa senjata.
Bur : Apa? Bawa senjata?
Yono : Lah, jangan-jangan dia itu tentara Inggris
yang kabarnya kemarin akan masuk kembali ke NKRI.
Toni : Dengar di mana kamu?
Yono : Di radio, kemarin.
Bur : Tapi untuk apa yaa? Menjajah kita lagi?
Toni : Ahh, sudahlah. Kalau begitu ayo segera kita
laporkan ke bung Tomo.
Bur : Iya yahh.
Yono : Iya, ayo.
(Ketiganya
outstage)
Di rumah bung
Tomo.
Toni :Bung Tomo.
Bur : Assalamu Alaikum bung.
Istri : (berlari instage) Maaf, ada apa yaa?
Yono : Eh, neng bung Tomo ada? Kami ada perlu.
Istri : Oh iya tunggu sebentar saya panggilkan yaa
(outstage)
Tomo : (instage) Hei kalian, ada apa?
Toni : Begini bung, tadi tanpa sengaja saya
menyenggol tentara Inggris.
Bur : Yaa, rupanya mereka kembali memasuki
wilayah NKRI.
Tomo : Apa? Bagaimana mungkin? Negara kita telah
memproklamirkan kemerdekaannya 17 Agustus lalu.
Yono : Kami pun tak habis pikir.
Tomo : Aku yakin ada niat jahat di balik kedatangan
mereka kembali. Kita tak boleh tinggal diam, aku akan segera menyiarkan ke
radio mengenai hal ini, rakyat harus dibangunkan, kita harus siap perang
kembali. Kalian, persiapkan pasukan dan persenjataan.
Ketiganya: Siap
(kemudian outstage)
(Ibu-ibu
instage, mereka membawa keranjang cucian. Ibu Ani yang seorang bangsawan
diikuti ibu-ibu lainnya)
Ibu 1 : Alhamdulillah yaa bu, kita sekarang telah
merdeka.
Ibu 2 : Iya, berkat perjuangan bangsa kita.
Ibu 3 : Suami kita tepatnya. (yang lain tertawa)
Ani : Memang suami ibu-ibu semua kemarin ikut
berperang?
Ibu 4 : Iya bu, tapi sayang suami saya gugur di
medan perang.
Ani : Sabar yaa bu.
Ibu 5 : Suami ibu Ani mah enak, mana mungkin ikut
berperang, beliau kan seorang bangsawan.
Ani : Tidak juga kok bu, lagipula suami saya
berperang secara diplomatis.
Ibu 1 : Tapi enak ya kalau perangnya secara
diplomatis? Tidak perlu turun lapangan.
Ibu 2 : Ibu Ani mana rasa seperti yang kami rasa,
was-was menunggu suami pulang dengan selamat atau tinggal nama.
Ibu 3 : Yah, namanya saja bangsawan toh?
Ani : Tapi, perang secara diplomatik juga
berandil besar terhadap kemerdekaan negeri kita, kadang kita tak perlu adu
kekuatan untuk memenangkan perang.
Ibu 4 : Sudah, toh kita sudah merdeka. Apa lagi yang
disoalkan?
Ibu 5 : Yang penting sekarang itu bagaimana kita
membangun bangsa, anak-anak harus disekolahkan.
Ani : Tenang bu, sekarang kaum pribumi pun
sudah bisa sekolah.
Ibu 1 : Wah, bagus itu bu.
Ibu 2 : Iya, kalau anak kita sekolah mereka takkan
mudah diperbudak oleh kaum-kaum penjajah.
(Tentara
instage, memasang bendera merah putih biru)
Ibu 3 : Hei, ibu-ibu coba lihat yang di sana.
Ibu 4 : Loh, perawakannya seperti tentara penjajah
yaa?
Ibu 5 : Iya yah. Wah ada apa yah?
Ani : Mereka memasang bendera. Ahh, aku tahu.
Mereka tentara Inggris yang kabarnya akan masuk ke NKRI kembali. Kalian kabari
yang lainnya, aku akan memata-matai mereka.
(Ibu-ibu
outstage sementara Ani memata-matai tentara Inggris)
Tentara:
Selanjutnya tugas untuk melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan
perang yang ditahan Jepang, serta memulangkan tentara Jepang ke negerinya.
Namun selain itu, akan kubawa kembali negeri ini menjadi jajahan Hidia Belanda.
Hahaha.
Ani : (tidak sengaja menjatuhkan keranjang
cuciannya)
Tentara: Hei,
siapa kau?
Ani : Kurang ajar kau tentara laknat. Kami
telah merdeka, kau pikir kami akan kalah.
Tentara:
Cerewet sekali kau ini, dasar bangsa terhina. Tapi, kamu cantik juga. (mencekik
leher Ani, kemudian menyeretnya outstage)
Ani : (teriak) Jangannn....
Tentara:
Hahaha.
(Ibu-ibu
melapor kepada bung Tomo)
Ibu 1 : Bung, kami melihat tentara Inggris.
Ibu 2 : Yahh, mereka memasang bendera penjajah.
Tomo : Di mana bu?
Ibu 3 : Di hotel Yamato bung.
Ibu 4 : Ada baiknya kita segera bertindak.
Ibu 5 : Nampaknya mereka ingin kembali menjajah
NKRI.
Tomo : Baiklah kalau begitu ibu-ibu sekalian pulang
ke rumah, amankan diri dan anak-anak kalian.
(Ibu-ibu
berlarian outstage)
Tomo : Toni, Bur, Yono (teriak, kemudian ketiganya
instage)
Bur : Ada apa bung?
Tomo : Segera cek hotel Yamato, tentara Inggris
mengibarkan bendera penjajah.
Ketiganya:
Siap.
Sesampainya di
hotel Yamato.
Yono : Hei tentara laknat, untuk apa kau datang ke
mari lagi?
Tentara: Hahaha
bukan urusan kalian.
Toni : Kalau ingin menjajah, sebaiknya urungkan
niatmu itu.
Bur : Lalu untuk apa kau pasang bendera itu?
Ayo kita robek!
Tentara:
(mengeluarkan pistol) Mau macam-macam kalian ya? Berani?
Ketiganya mudur
selangkah demi selangkah, kemudian muncullah bung Tomo membakar semangat mereka
dengan pidatonya.
Tomo : Saudara-saudara
Bersiaplah! Keadaan genting.
Tetapi saya peringatkan sekali lagi.
Jangan mulai menembak.
Baru kalau kita ditembak.
Maka kita akan ganti menyerang mereka itu.
Kita tunjukkan bahwa kita itu adalah orang yang benar-benar ingin merdeka.
Dan untuk kita saudara-saudara.
Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka.
Semboyan kita tetap.
Merdeka atau mati.
Dan kita yakin, Saudara-saudara.
Akhirnya, pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita.
Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar.
Percayalah Saudara-saudara!
Tuhan akan melindungi kita sekalian.
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
Merdeka!
Bersiaplah! Keadaan genting.
Tetapi saya peringatkan sekali lagi.
Jangan mulai menembak.
Baru kalau kita ditembak.
Maka kita akan ganti menyerang mereka itu.
Kita tunjukkan bahwa kita itu adalah orang yang benar-benar ingin merdeka.
Dan untuk kita saudara-saudara.
Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka.
Semboyan kita tetap.
Merdeka atau mati.
Dan kita yakin, Saudara-saudara.
Akhirnya, pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita.
Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar.
Percayalah Saudara-saudara!
Tuhan akan melindungi kita sekalian.
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
Merdeka!
Rakyat pun
terbakar semangatnya kemudian menyerang para tentara penjajah.
Setelah itu
mereka merobek warna biru pada bendera yang dikibarkan penjajah.
Narator :
Pertempuran
berdarah yang memakan ribuan korban jiwa tersebut telah menggerakkan perlawanan
rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan
kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban
pada hari 10 November ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan oleh Republik Indonesia hingga
sekarang.
apakah sudah pernah di tampilkan ?
BalasHapusAssalam, luar biasa naskahnya. Izin copas ya mbak, kebetulan kami ingin coba mengikuti lomba teater untuk pertama kalinya. jadi, naskah milik mba ini kami jadikan acuan. Terima kasih.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusmaaf ka, boleh saya copy datanya untuk sebuah contoh drama agustusan nanti
BalasHapusIzin copas
BalasHapusSangat bermanfaat
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusIzin copy ya..
BalasHapus