Kamis, 22 November 2012

Tugas Bahasa Inggris Resensi Film Jumper


REVIEWS OF JUMPER

Title                 :  JUMPER
Director           :  Doug Liman
Scenario           :  Jim Uhls
Cast                 :  Hayden Christensen, Rachel Bilson, Samuel L. Jackson
Distributor       :  20th Century Fox


IN a day, he could sit in his recliner at the top of the statue of the Sphinx in Egypt. Then the streets of London, England. At night, he had been on the sidelines watching the action of the NBA basketball star. That is the opening sentence of this film. David Rice (Hayden Christensen) to introduce the figure of himself as an alias jumper jumper.
Jumper is a kind man who has the ability to teleport. That way, he can move as far as possible, as quickly as possible, and as high as possible in just a moment. Simply by paying attention to a picture with the intense, a moment later he was in a place that is in the photo.
Humans with super powers is now a trend. The difference with superheroes, people with super powers such as this show is.Without robes, leather clothing, or a mask that covers his face.But the matter of greatness, they never lose. Power can destroy a mountain, stopping time and also immortal.
One of the best brand is the series Heroes, which features a bunch of humans with extraordinary powers. They are pretty shirt or tie to save humanity from evil influences.
Jumper film also tells the story of the super. The difference is, the film departs from the novel by Steven Gould, published in 1992, is reluctant to put David as a hero.
Instead, Rice turned away from all the good that he should do. He became a criminal. David after robbing a bank is able to penetrate the walls of tight security.
As a result, David's life very beautiful. At a very young age, he's rolling in money. Without the hard work and nil education, he can stay in a luxury apartment, spend money at the gambling table, and spend in love with any woman who became his favorite.
All this happens because as a child, David, who grew up in Ann Harbor, Michigan, never to see happiness. Her mother left when she was five, his father quite strange. In the eyes of his friends, he was a loser.
Who presume, behind the weakness that David has a remarkable ability. When stuck in a snow-covered river, he was able to escape death. Since then, he realized there was something about him.
Fun? Of course. Doug Liman made Jumper like the Bourne Identity, the trilogy is working on and off. He invites the audience to travel from one place to another in a super-fast image movements. One of the special is the basement of the Colosseum in Rome, which had become an arena of gladiators pitted with wild animals. Or to the Roof of the World, Mount Everest.
But, ah, make a long boring too. Paladin gang scene search, the hunter jumper, the next story to be veining. Paladin think they are evil people who must be destroyed.
Emergence led Paladin Roland (Samuel Jackson) is a breakthrough that made the development team a completely different story with the original story in his novel.
It is legitimate and it should be. However, the film jumps too far and, this is the most important, they underestimate the important thing. For example, about the only superpower David described by the phrase has been around since medieval times.
Of course things are different when Ang Lee's Hulk lift to the big screen. Lee is not just another showing of the Hulk, the green giant suffering, but also with detailed reasons explaining the origin of the image processing itself into a giant.
However, all that may be overlooked if you want to get a fresh serving as the relief of fatigue or while waiting for traffic to go.David Rice to be the perfect ambassador for tourism, all of a sudden he shows a pretty face Roma, China is always busy, and ocean waves suitable for surfing Fiji. Cocoklah for tourism promotion.


Judul               :  JUMPER
Sutradara        :  Doug Liman
Skenario          :  Jim Uhls
Pemain                        :  Hayden Christensen, Rachel Bilson, Samuel L. Jackson
Distributor       :  20th Century Fox

DALAM sehari, dia bisa duduk di kursi malasnya di puncak patung Sphinx di Mesir. Lalu jalan-jalan di London, Inggris. Malam hari, dia sudah berada di pinggir lapangan menyaksikan aksi para bintang basket NBA. Kalimat itulah yang menjadi pembuka film ini. David Rice (Hayden Christensen) memperkenalkan sosok dirinya sebagai seorang jumper alias pelompat.
Jumper adalah jenis manusia yang memiliki kemampuan teleport. Dengan begitu, dia bisa berpindah tempat sejauh mungkin, secepat mungkin, dan setinggi mungkin hanya dalam waktu sekejap. Cukup dengan memperhatikan sebuah gambar dengan intens, sesaat kemudian dia sudah berada di tempat yang ada di dalam foto tersebut.
Manusia dengan kekuatan super kini menjadi tren. Bedanya dengan tokoh superhero, orang-orang dengan kekuatan super seperti ini tampil apa adanya. Tanpa jubah, pakaian kulit, atau topeng yang menutup wajahnya. Tapi soal kehebatan, mereka tak kalah. Kekuatannya bisa menghancurkan sebuah gunung, menghentikan waktu dan juga immortal.
Salah satu yang paling gres adalah serial Heroes, yang menampilkan sekumpulan manusia dengan kekuatan luar biasa. Mereka cukup berkemeja atau berdasi untuk menyelamatkan manusia dari pengaruh jahat.
Film Jumper juga berkisah tentang orang super. Bedanya, film yang berangkat dari novel karya Steven Gould, yang terbit pada 1992, ini enggan menempatkan David sebagai pahlawan.
Sebaliknya, Rice memalingkan wajah dari semua kebaikan yang semestinya dia lakukan. Dia menjadi seorang kriminal. David merampok bank setelah mampu menembus tembok pengamanan yang ketat.
Alhasil, hidup David teramat indah. Di usianya yang sangat muda, dia bergelimang uang. Tanpa bekerja keras dan nihil pendidikan, dia bisa tinggal di sebuah apartemen mewah, menghabiskan uang di meja judi, dan menghamburkan cinta dengan wanita mana pun yang jadi kesukaannya.
Semua itu terjadi karena sejak kecil, David, yang besar di Ann Harbor, Michigan, tak pernah menemui kebahagiaan. Ibunya pergi saat dia berusia lima tahun, bapaknya tergolong aneh. Di mata teman-temannya, dia hanyalah seorang pecundang.
Siapa nyana, di balik kelemahannya itu David memiliki kemampuan yang luar biasa. Saat terjebak dalam sungai yang tertutup salju, dia mampu lolos dari maut. Sejak itulah, dia menyadari terdapat sesuatu dalam dirinya.
Asyik? Tentu saja. Doug Liman membuat Jumper seperti Bourne Identity, trilogi yang digarapnya dan meledak. Dia mengajak penonton berkelana dari satu tempat ke tempat lainnya dalam pergerakan gambar yang supercepat. Salah satu yang istimewa adalah ruang bawah Colosseum di Roma, yang dulu menjadi ajang para gladiator diadu dengan hewan buas. Atau ke Atap Dunia, Mount Everest.
Tapi, ah, lama-lama bikin bosan juga. Adegan pencarian komplotan Paladin, pemburu kaum jumper, menjadi urat cerita berikutnya. Paladin menganggap mereka adalah orang-orang jahat yang harus dimusnahkan.
Munculnya Paladin yang dipimpin Roland (Samuel Jackson) merupakan terobosan yang dilakukan tim pengembangan cerita yang sama sekali berbeda dengan cerita asli dalam novelnya.
Sah-sah saja dan memang harus begitu. Namun, film ini melompat terlalu jauh dan, ini yang paling penting, mereka menyepelekan hal penting. Misalnya, tentang kekuatan super David yang hanya dijelaskan dengan kalimat sudah ada sejak abad pertengahan.
Tentu hal yang berbeda saat Ang Lee mengangkat Hulk ke layar lebar. Lee tidak saja menampilkan sosok lain Hulk, si raksasa hijau yang menderita, tapi juga dengan detail mengolah gambar menjelaskan sebab muasal dirinya menjadi raksasa.
Namun, semua itu boleh dilupakan bila ingin mendapatkan sajian segar sebagai pelepas penat atau sambil menunggu kemacetan pergi. David Rice menjadi duta turisme yang sempurna, sekonyong-konyong dia menampilkan wajah Roma yang cantik, Cina yang selalu sibuk, dan gelombang laut Fiji yang cocok untuk surfing. Cocoklah untuk promosi wisata. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar